Sunday, September 30, 2012
Mitos Taj Mahal
Taj Mahal, sebuah bangunan yang terletak di Agra, Uttar Pradesh, India ini tak bisa disangkal, memang adalah sebuah bangunan yang megah dan indah. Monumen ini juga merupakan daya tarik wisata yang paling utama di daerah tersebut, bahkan di India.
Taj Mahal dibangun pada abad XVII oleh seorang maharaja Mogul, Shah Jahan, untuk dipersembahkan kepada almarhum istri ketiganya, Mumtaz Mahal. Tidak heran jika monumen ini kemudian juga dikenal sebagai bukti cinta abadi atau monumen kasih sayang.
Tetapi jika melihat dari sejarah pembangunannya, dan juga gaya hidup Shah Jahan sendiri, predikat monumen kasih sayang ini sebenarnya kurang relevan.
Taj Mahal memang dibangun oleh Shah Jahan untuk memperingati almarhum istri ketiganya. Tetapi harus dicatat bahwa Mumtaz Mahal bukanlah satu-satunya wanita dalam kehidupan asmara Shah Jahan. Secara formal, Shah Jahan masih memiliki beberapa orang istri, seharem selir, dan secara informal entah berapa banyak wanita yang diselingkuhinya, termasuk putri sulungnya sendiri. Bagi penganut paham monogami, jelas gaya hidup seperti ini bukan mencitrakan kasih sayang atau cinta sejati.
Proses pembangunan Taj Mahal yang dipuja sebagai monumen kasih sayang ini juga jauh dari penggambaran suasana kasih sayang yang sesungguhnya, melainkan dipenuhi oleh kekerasan dengan berlumuran keringat, air mata dan darah ribuan pekerja paksa selama lebih dari 20 tahun. Selain itu, pembangunannya juga telah menghamburkan biaya yang luar biasa besar (untuk sebuah singgasananya saja, pada abad XVII sudah berharga lebih dari 6 juta poundsterling).
Dan konon, agar keindahan bangunan serba putih ini tidak tersaingi, Shah Jahan memenggal kepala sang arsitek dan para tukang pahat begitu Taj Mahal selesai dibangun.
Suasana kehidupan Shah Jahan sendiri juga sama sekali tidak mencerminkan teladan kasih sayang. Untuk menjadi seorang maharaja, dengan tega ia menggulingkan dan memenjarakan ayah kandungnya sendiri, Jahangir, lalu membunuh kakak-kakak kandungnya. Kemudian putra kandung Shah Jahan, Aurangzeb, juga melakukan hal yang sama terhadapnya, ia mengkudeta Shah Jahan lalu memenjarakannya di sebuah citadel yang letaknya tak jauh dari kawasan Taj Mahal.
Dengan semua bentuk kekerasan, pengkhianatan, darah dan air mata yang mengelilinginya, masih pantaskah Taj Mahal disebut sebagai sebuah monumen cinta abadi?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment