Wednesday, March 17, 2010

Indikator-Indikator Ekonomi “Nyleneh”

Terkadang angka variabel-variabel makro yang ada sulit dipahami sebagai tolok ukur perkembangan perekonomian suatu negara. Maka, di dunia berkembang beberapa indikator ekonomi alternatif yang cukup aneh, tetapi menjadi tolok ukur yang sangat mudah bagi banyak kalangan untuk lebih mengerti apa yang sedang terjadi dalam perekonomian suatu negara.

Ketika resesi dan krisis melanda dunia, kemunduran dalam hal ekonomi adalah hal yang pasti. Namun, satu hal yang kemudian ingin kita ketahui adalah apakah segala sesuatunya telah menjadi lebih baik. Terkadang, angka variabel-variabel makro yang ada sulit dipahami dan terkadang kita menjadi bingung sendiri, dari manakah asal angka-angka tersebut. Seperti belum lama ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan pernyataan bahwa pengangguran hanya bertambah 60.000 orang saja, jauh di bawah perkiraan yang 1,5 juta orang. Kita tentu sesaat mengernyitkan dahi dan berpikir, dari manakah Presiden mendapatkan angka itu? Pasalnya, jika kita membaca surat kabar nasional, di Jawa Tengah saja telah terjadi pemutusan hubungan kerja massal yang mencapai ratusan ribu pekerja.

Maka, banyak pihak mencoba berinisiatif menjadikan sejumlah hal sebagai tolok ukur perkembangan perekonomian. Mantan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan pernah mengutarakan penjualan salah satu perusahaan kardus Amerika, Stone Container, bisa dijadikan sebagai salah satu indikator perekonomian. Jika penjualan Stone Container meningkat, maka perekonomian membaik, dan jika sebaliknya, maka perekonomian memburuk. Sejauh ini di dunia terdapat beberapa indeks yang cukup “nyleneh”, tetapi sangat mudah bagi banyak kalangan untuk lebih mengerti apa yang sedang terjadi dalam perekonomian.

Indeks Panjang Rok
Teori di belakang indeks ini adalah perekonomian dapat diprediksi dari panjang rok keluaran terbaru. Jika panjang rok makin pendek, maka perekonomian membaik, tetapi jika sebaliknya, rok makin panjang, maka pasar dalam keadaan terpuruk. Logika yang digunakan adalah, jika seorang wanita memakai rok panjang, maka kepercayaan dirinya sedang turun, merefleksikan ketakutan dan berkurangnya pengeluaran. Namun, jika wanita menggunakan rok yang pendek, hal itu mencerminkan kepercayaan diri yang tinggi dan optimisme.

Indeks Pelayan Menarik
Indeks ini dibuat oleh seorang penulis di New York Magazine bernama Hugo Lindgren. Ia mengatakan bahwa ketika perekonomian memburuk, maka banyak pekerja laki-laki yang dikeluarkan, kemudian pekerja yang kurang menarik, dan yang terakhir dikeluarkan adalah para pekerja yang rupawan.

Seseorang dengan wajah yang menarik biasanya akan mudah memperoleh pekerjaan sebagai model ataupunsales promotion person (SPP). Namun, ketika perekonomian memburuk, maka kontrak pekerjaan mereka akan makin berkurang. Hal ini memaksa mereka untuk mengerjakan pekerjaan apa pun demi bertahan hidup, salah satunya adalah sebagai pelayan. Makin menarik si pelayan, maka perekonomian makin memburuk. Sebaliknya, jika pelayan makin tidak menarik, maka perekonomian makin membaik.

Indeks Lipstik
Dalam perekonomian, wanita memegang peranan penting melalui konsumsi. Banyak negara yang pertumbuhan ekonominya disokong oleh konsumsi, seperti Amerika dan tentu saja Indonesia. Salah satu konsumsi terbesar tentu saja melalui produk kecantikan karena wanita dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketika wanita merasa bahwa perekonomian dalam keadaan penuh ketidakpastian, maka ia akan cenderung untuk memilih alat kecantikan yang lebih murah.

Salah satu alat kecantikan yang pasti dimiliki oleh setiap wanita adalah lipstik. Lipstik dapat juga menjadi mood booster. Artinya, ketika wanita ingin merasa lebih baik, maka salah satunya dengan berdandan dan memakai lipstik.

Tren yang terjadi di Amerika menunjukkan bahwa ketika terjadi resesi, maka penjualan lipstik akan meningkat. Pemakaian lipstik dipercaya meningkatkan mood dan kepercayaan diri ketika melalui masa-masa sulit. Dan sebaliknya, jika perekonomian membaik, maka penjualan lipstik akan turun.

Leonard Lauder, CEO Estee Lauder, salah satu produsen kosmetik terkemuka di dunia, mengatakan terjadi peningkatan yang cukup signifikan saat terjadi penyerangan pada 11 September silam. Harian terkemuka New York Times memberitakan pada krisis global 2008 terjadi peningkatan penjualan lipstik lebih dari 40%.

Indeks Kardus/Pallet
Ketika perekonomian dalam keadaan baik, maka perusahaan akan banyak menggunakan kardus. Jadi, makin tinggi permintaan kardus untuk pengiriman barang kepada para konsumen, maka makin tinggi pula permintaan akan barang tersebut.

Pada krisis global 2008, penjualan kardus untuk pengiriman pada Smurfit Kappa Group PLC, salah satu produsen kardus terbesar di Eropa, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pendapatan Smurfit turun US$269,9 juta pada 2008 dibandingkan pada 2007, dengan penurunan pendapatan operasional sebesar 50%.

Indeks Obat Sakit Kepala
Ketika situasi dan kondisi di sekitar kita, terutama ekonomi, memburuk, maka sakit kepala akan sering dialami oleh banyak orang dan obat sakit kepala akan sangat dibutuhkan. Ketika terjadi krisis atau resesi, maka penjualan obat sakit kepala akan naik. Hubungan yang ada adalah ketika harga saham jatuh, maka tingkat penjualan obat sakit kepala akan meningkat. Sebaliknya, jika harga saham naik, maka penjualan obat sakit kepala akan menurun.Salah satu contohnya adalah, pada 2008, Wyeth, salah satu produsen obat sakit kepala dunia, menyebutkan bahwa penjualan obat sakit kepala mereka, Advil, meningkat 2% menjadi US$673 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Indeks MBA Lulusan Harvard
Harvard, salah satu universitas terbaik di Amerika, menjadi acuan para investor untuk berinvestasi. Ketika para lulusan Harvard bekerja pada sektor-sektor ekonomi yang sensitif, seperti investment banking, private equity, dan perdagangan sekuritas, hal itu dapat menjadi indikator ekonomi tersendiri. Jika lebih dari 30% lulusan Harvard bekerja pada sektor-sektor yang sensitif ini, maka investor akan terus berinvestasi. Namun, jika hanya 10% lulusan Harvard yang bekerja di sektor ini, maka investor akan mengalihkan investasinya.

Indikator ini menunjukkan pula daya tarik yang dimiliki pekerjaan di Wall Street. Makin banyak lulusan Harvard yang terserap pada pekerjaan ini, maka pasar makin baik. Sebaliknya, jika penyerapan lulusan Harvard hanya sedikit, maka pasar dalam keadaan yang kurang baik, yang berarti juga adanya kesempatan untuk menjual saham. Indikator ini diciptakan oleh Roy Soifer, lulusan Harvard Business School.

Indeks Tangga Lagu Musik Pop
Indikator terbaru adalah tangga lagu musik, yang banyak didominasi oleh musik pop. Ketika lagunya bagus, tentu kita akan ikut bersenandung. Adalah Phillip Maymin, asisten profesor di Polytechnic Institute di New York University yang melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara volatilitas pasar dan musik yang sedang populer.

Maymin menganalisis varian dari irama (beat) lagu-lagu yang ada dalam tangga lagu dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang canggih. Ia menggunakan perangkat lunak itu untuk menganalisis data lagu-lagu populer pada 1958 hingga 2007. Ia menemukan bahwa lagu dengan irama yang cepat lebih disukai ketika perekonomian sedang berada pada posisi volatilitas rendah. Sebaliknya, ketika perekonomian sedang berada pada volatilitas tinggi, maka lagu dengan irama yang konsisten lebih disukai. Maymin juga menemukan varian irama yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan tingkat intelektual, sehingga jenis ini akan tidak disukai saat volatilitas tinggi.


Artikel ini bersumber dari majalah Warta Ekonomi No 17 tahun XXI. Judul asli tulisan ini adalah “Indikator-Indikator Ekonomi “Nyleneh”

No comments:

Post a Comment